Jumat, 26 Maret 2010

Muhasabah

Muhasabah

Saudaraku….
Sering kita marah pada orang lain hanya karena ada ucapan yang kurang berkenan pada pemikiran dan hati kita.

Hal itu wajar, karena setiap kita memiliki persepsi yang berbeda-beda. Pemikiran kita pun akan berbeda dengan pemikiran orang lain. Jadi, sangat mungkin akan terjadi perbedaan persepsi.

Hal itu bisa didasari pada pemahaman kita (masing-masing) yang mungkin masih kurang, atau mungkin cara penyampaiannya yang kurang tepat. Sehingga apa yang kita sampaikan tidak mudah diterima atau mendapatkan penolakan.

Atau bisa jadi gharizatul baqo (naluri mempertahankan diri) kita menjadi pemimpin ketika kita berhadapan dengan orang yang “tidak sepaham” dengan kita. Sehingga hal itu menjadi pemicu penolakan dan penentangan dari lawan bicara kita.

Sadarilah saudaraku …..

Sebuah nasihat dari seorang guru saya ini, mungkin bisa kita jadikan renungan dalam perjalanan dakwah kita. Beliau berucap dalam bahasa sunda yang lemes. Ketika saya mengadukan perjalanan dakwah saya.

Beliau berucap
“ Dik, apa yang kau rasakan saat ini telah bapak rasakan sebelum kamu merasakannya. Hal itu wajar dalam setiap langkah perjuangan menyampaikan Islam. Bahkan, jika hal itu tidak kamu rasakan dalam perjuangan, berarti dakwah mu belum seratus persen kamu sampaikan (dengan kata lain, masih nanggung). Benturan dalam dakwah itu adalah sesuatu yang wajar, dan pasti akan terjadi. JADILAH PEJUANG BUKAN PECUNDANG, apa yang mereka cela kan padamu, jangan kau takut. (telah diterjemahkan dari bahasa sunda)”

Saudaraku ….
Sering kita marah dan tersulut emosi, sehingga kita mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas kita ucapkan.
Sering kita memancing emosi orang lain dengan ucapan kita, dengan maksud untuk memojokan mencari-cari kesalahan.

Padahal ……
Ketika kita marah pada ucapan atau klaim orang lain pada kita, padahal kita tidak merasa hal itu.
Misal, “ sering kali ketika kita mendengar bahwa pelaku terror adalah Islam, dan orang islam (muslim) dikatakan teroris. Kita marah, seperti orang yang kebakaran jenggot. Kita sibuk menyangkal dan lain lain.”
Padahal, tugas kita seharusnya adalah menjelaskan bahwa pelaku terror bukanlah orang Islam dan bukan bagian dari Islam dalam perjuangannya.

Contoh lainnya yang saya dapatkan akhir-akhir ini adalah “ Adanya pernyataan bahwa pejuang syariah miskin moral, dan kita pun marah. Padahal kenapa kita harus marah? Kecuali jika kita merasa.

Saudaraku…..
Tidak bisa di pungkiri jika ada pejuang syriah yang miskin moral. Tak perlu disebutkan siapa, bisa jadi diri kita sendiri adalah orangnya.
Mari, kita instropeksi diri. Kita introgasi diri kita agar lebih baik lagi. Karena kita semua adalah muslim sukses.

Muslim sukses
• Kenali diri
• Terima diri
• Kembangkan diri

Yo, jangan takut pada celaan orang yang suka mencela. Apapun yang orang lain katakan, kita jadikan cemeti dan bahan muhasabah bagi kita.

Perangi kemusyrikan, dan bebaskan kaum muslim dari aturan-aturan yang dari selain aturan Allah. KITA LANJUTKAN KEHIDUPAN ISLAM (istinafi al hayata al Islamiyyata).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar